Megawati Sekarnoputri menyinggung soal orang baru yang baru yang berkuasa dimana mau bertindak seperti Orde Baru dalam pidatonya. Calon wakil presiden Koalisi perubahan Cak Imin, dia menilai bahwa ungkapanya itu muncul karena ada kerisauan dan kecurangan dalam mendekati Pilpres 2024.
“Ini semua kan di awali dari MK dari kode etik MK itu, dari situ kecurangan. Khawatir terjadi pemilu tidak fair, kemudian berbagai beberapa perhatian muncul” ucap Cak Imin. Dia menyinggung soal masalah keresahan yang di sampaikan kepada masyarakat ke dirinya terkait masalah situasi politik Indonesia.
Menurut dia hal ini tak selepasnya dari persepsi pembiaran proses setelah beres Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan gugatan usia calon presiden dan calon wakil presiden.
“Namun keresahan yang telah di sampaikan oleh beberapa teman disini merupakan keresahan bahwa ini ada pembiaran proses dari semua yang telah terjadi. Ini butuh perubahan cara kerja sehingga nantinya semua bisa di tangani dengan sungguh. Penanganan Stunting, Penangan kemiskinan dan juga kesenjangan sosial itu benar-benar tidak di biarkan” ucap Cak Imin.
Apabila ditanyai, dia merasakan hal yang sama seperti Megawati. Cak Imin menyebut disadari atau tidak kepusan yang menarik konflik mestinya dapat bisa dihindari. “Memang, sejak itu mulai disadari bahwa semua pihak. Namun, Apabila kita terus-terusan ini Insyaalloh akan mengurangi. Mengurangi-mengurangi tekanan itu,” tambahnya.
Stafsus Jokowi Tanggapi Sindiran Mega soal Penguasa Mirip Orba
Megawati Soekarnoputri mengatakan pernyataan menohok yang diduga ditujukan kepada lawan-lawan politiknya. Dia menyindir beberapaorang-orang yang baru berkuasa namun bertindak seperti zaman Orde Baru (Orba).
Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo (Jokowi), Ari Dwipayana, menanggapi pernyataan Megawati tersebut. Menurut Ari, dalam demokrasi semua pihak berhak mengemukakan pendapat.
“Menang itu negara demokrasi ya. Semua orang bisa berpendapat, membuat penilaian sendiri’ ucap Ari.
Ari memang enggan merespos lebih jauh terkait masalah ini. “Saya kita itu adalah cermin negara demokrasi,” ucap tegasnya.
Megawati mendatangi Rakornas Relawan Ganjar di Kemayoran. Seraya menyemangati relawan untuk pemenangan Ganjar dan Mahfud pada pemilihan atau Pilpres 2024. Ibu Megawati Menyindir bahwa penguasa yang bertindak seperti zaman Orba.
“Harusnya ibu menceritakan dirinya dari partai merah, harusnya ibu jangan ngomong kaya gitu, karena sudah jengkel. Tahu gak, kenapa? Republik ini penuh dengan pengorbanan, kenapa sekarang ini kalian baru berkuasa itu tidak seperti Orde Baru?” ucao Megawati.
Megawati juga menyebutkan ada beberapa pihak yang tidak menghormatiya, walaupun dirinya merupakan pernah menjadi presiden RI ke-5. Dia lantas mengungkapkan bahwa dirinya PDIP siap bersaing dengan partai-partai lain.
“Saya juga manusia dong, coba liat bayangkan, kok saya tidak seperti di hormati ya. Loh kenapa? Emang saya jelek gini saya pernah jadi presiden di bisa di akui dengan nama Presiden ke-5 RI lho,” ucap Megawati. Waktu di hadapan para relawan Ganjar dan Mahfud.
Baca Juga: Prabowo-Gibran Cuti 2 Kali Seminggu Selama Masa Kampanye
PSI: Bu Mega Sosok Terhormat, Dihormati Presiden dan Rakya
Dedek Prayudi, Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia dari Partai Progresif Demokratik, meminta Mekawati Soekarnoputri, presiden kelima RI, bersikap tidak hormati. Dia mengatakan Megawati sangat dijunjung tinggi.
“Ibu Mega sangat dihormati oleh semua orang di negeri ini, mulai dari presiden di istana hingga masyarakat awam di pelosok Indonesia. Ibu Mega adalah orang yang hebat dan tidak perlu merasa tidak dihargai, apalagi menuntut rasa hormat,” ucap Dedek
Dalam kesempatan yang sama, Mega juga menyampaikan bahwa kekuatan yang ada saat ini seperti Orde Baru.
Menanggapi hal tersebut, Dedek menjawab bahwa PDIP sebenarnya adalah bagian dari kekuatan yang ada saat ini.
“Partai yang dipimpin oleh Ibu Mega ini merupakan bagian dari Kekuasaan. Jabatan kementerian yang strategis diisi oleh kader Ibu Mega. Ketua Umum Partai Demokrat dan pengurus penting DMK juga dipimpin oleh kader Ibu Mega. Insya Allah selama Ibu Mega ada di tangan Kader Ibu Mega, maka Ketua Umum Partai Demokrat dan pengurus penting DMK juga akan dipimpin oleh kader Ibu Mega. Mega berkomitmen menjaga demokrasi, demokrasi kita indah dan adil,” tegasnya.
Mega Gemas ke Pihak Main Intimidasi, Fahri Hamzah: Ini yang Saya Cemaskan
Megawati Sukarnoputri mengisyaratkan ada pihak yang melakukan intimidasi seperti pada masa Orde Baru. Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Fahri Hamzah, mengakui kekhawatiran tersebut dan menyarankan agar tokoh senior negara tidak perlu terlibat dalam konflik terkait pemilu. “Itulah yang membuat saya khawatir.
Sebaiknya para pejabat senior negara ini tidak ikut campur dalam konflik pemilu. Mereka harus menjadi kekuatan pendukung persatuan nasional. Mereka harus mampu menjaga ritme negara dan menjaga stabilitas negara. keren permainannya,” ucap Fakhri. Fakhri mengatakan, presiden dan wakil presiden yang sudah menjabat perlu dilindungi karena merupakan simbol persatuan bangsa. Ia mengatakan, partai merekomendasikan agar calon presiden pendukungnya, Prabowo Subianto, mendirikan kantor khusus bagi presiden dan wakil presiden yang pernah menjabat.
“Saya tidak berbicara tentang dia saja, tapi tentang semua mantan presiden dan wakil presiden. Kita harus melindungi mereka sebagai simbol persatuan kita,” kata Wakil Presiden Glora (Waketum). “Kami Partai Gelora mengusulkan kepada Prabowo, jika ia menjadi presiden, maka semua mantan presiden dan wakil presidennya harus diberi jabatan khusus, yaitu jabatan mantan presiden dan wakil presiden, dan mereka harus tetap ikut serta dalam pemilu. proses rekonsiliasi nasional. “Kita membutuhkan negara yang bersatu dan bergerak maju, khususnya di peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia,” imbuhnya. Fakhri menganggap Megawati sebagai ibu bangsa. Ia menilai semua pihak harus menghindari konfrontasi dengan Megawati.
“Bu Mega adalah ibu bangsa. Setiap orang harus menahan diri agar tidak dihadapkan pada situasi tatap muka,” ucap Fakhri. Maklum, Megawati dalam rapat koordinasi nasional relawan Ganjar-Mahfud di Kemayoran, Jakarta Pusat, mengisyaratkan ada partai politik yang melakukan intimidasi seperti yang dilakukan pada masa Orde Baru. Dia tidak mengatakan siapa yang dia maksud, tapi dia memintanya untuk memperhatikan.