Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mempunyai gagasan buat mengejar pajak 100 orang terkaya pada Indonesia. Memangnya berani?
“Pertanyaannya ’emangnya berani?’ Emangnya ada utang budi apa? yang 100 (orang) paling kaya nggak berani ketemu, hahaha,” ucapnya. Anies mengatakan ingin membentuk sistem pajak yg berkeadilan. Menurutnya, harta 100 orang terkaya pada Indonesia lebih banyak asal harta yg dimiliki 100 juta penduduk Indonesia.
“Kita ingin sistem perpajakan kita berkeadilan. Kita hanya bicara yang 100 terkaya serta 100 terkaya itu kekayaan mereka lebih berasal 100 juta penduduk Indonesia. Sebuah ilustrasi ketimpangan. karena itu rumus kita adalah membesarkan yg mungil tanpa mengecilkan yang besar,” ucap Anies.
Anies Baswedan ingin mempertinggi produktivitas dan mengejar pajak berasal 100 orang terkaya agar berkeadilan. Menggunakan begitu fungsinya dievaluasi akan dirasakan sang lebih banyak orang.
“Hampir seluruh yg pada zenit menerima kekayaan sebesar itu akibat privilege diberikan oleh negara. Apakah itu pertambangan, perkebunan, apapun datangnya dari negara. Terdapat 1-2 memang lewat kegiatan pasar, pure perekonomian, akan tetapi sebagian besar adalah mendapatkan kesempatan berasal negara. Faedahnya wajib mampu dirasakan oleh orang banyak,” ucap Anies. Dalam orasinya, Anies menekankan tidak terdapat planning untuk meningkatkan pajak pada rakyat secara luas. Ia berpandangan bahwa wajib pajak adalah yg bekerja untuk kemajuan.
“Tidak ada rencana mempertinggi pajak. Jadi jangan hingga nanti perubahan itu merupakan mempertinggi pajak. Lho kita justru ingin lebih efisien dan kami tidak ingin menyebut harus pajak menggunakan kata hewan. Bukan. Ini orang-orang yang bekerja buat kemajuan,” ucapnya.
Sebelumnya, gagasan itu disampaikan Cak Imin pada debat ke 2 di Jumat malam. Dia melontarkan keinginannya mengejar pajak asal 100 orang terkaya pada Indonesia, pada sisi lain pajak buat kelas menengah akan diturunkan demi rasa keadilan.
“Kita harus punya keyakinan bahwa 100 orang yg kaya ini kita pajaki bersamaan dengan kita turunkan pajak kelas menengah di Indonesia,” ucap Cak Imin.
DAFTAR ISI
Saling Serang TKN Vs Timnas AMIN soal ‘Slepet’ Cak Imin
Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran saling serang dengan Timnas AMIN soal istilah slepet dari cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. TKN Prabowo Gibran berkata istilah itu seperti olok-olok sedangkan Timnas AMIN membantah itu. Cekcok antara TKN Prabowo-Gibran dan Timnas AMIN ini dimulai asal Cak Imin yg hendak mengubah istilah revolusi mental menggunakan slepet. di saat itu, Cak Imin turut memberikan revolusi mental yg telah berjalan hampir 10 tahun oleh pemerintah belum berhasil.
“tadi pada teriak slepet, kenapa saya ngomong slepet? karena bila mau amanah, sebenarnya yang lebih tepat itu apa, revolusi sebenarnya. akan tetapi kata-kata revolusi agak rancu, semenjak revolusi mental gagal dijalankan dengan baik. Jadi terpaksa kasih istilah lebih simpel dan kemudian tidak Mengganggu, sebab 10 tahun revolusi mental jadi revolusi mental, nah itu,” ucap Cak Imin. Cak Imin menjelaskan memilih kata ‘slepet’ supaya lebih belia dipahami dan dimengerti. dia juga berkata kata ‘slepet’ menyampaikan pesan bakal memberantas setiap konflik yang terdapat.
“Begini, kalau lihat akar masalahnya kemiskinan nggak abis-abis. Ketidakadilan terjadi dimana, sistem yg buruk itu adalah akar dilema, akar dilema yang pertama. Itu sebetulnya yang harus kita slepet saya telusuri satu,” ucap Cak Imin.
Slepet mirip Olok-olok
TKN Prabowo-Gibran lantas merespons pernyataan Cak Imin. istilah slepet pun dinilai seperti olok-olokan. Ialah Wakil koordinator TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman, yg pertama kali memberikan kritikan atas kata slepet. Beliau awalnya mempertanyakan Cak Imin yg hendak slepet acara revolusi mental.
“Parameternya apa beliau bicara revolusi mental gagal? Sayang sekali dia tidak tunjukkan data yang jelas. Kesannya dia hanya bicara perkiraan sesuai ketidaksukaan karena posisi politik yang berseberangan,” ucap Habiburokhman. Habiburokhman kemudian mempertanyakan konsep ‘slepet’ yg diusung Cak Imin beserta Anies Baswedan. Beliau menilai definisi slepet ini mirip olok-olok.
“Justru saya tidak melihat konsep perdefinisi yang jelas soal slepet itu apa, kok mirip main-main serta olok-olok saja,” ucap Wakil koordinator umum Partai Gerindra itu. Menurut Habiburokhman konsep slepet itu menganjurkan kekerasan. Karena, kata dia, sarung yang digunakan untuk galat malah buat melecut atau memukul orang.
“Justru konsepnya seperti menganjurkan kekerasan, karena sarung yg artinya indera buat salat dipergunakan buat memukul orang. telah banyak insiden terjadi tawuran atau perang sarung yg menimbulkan korban. Baiknya sarung ya hanya kita gunakan buat ibadah, bukan buat melakukan kekerasan,” ucap dia. “Jadi menjadi pemimpin kita wajib hati-hati pada memakai diksi, jikalau konsep yg tidak matang publik akan salah memahami,” ucapnya. Lebih lanjut, Habiburokhman menyebut program revolusi mental memang belum 100% berhasil. namun, dia menyarankan supaya Cak Imin berbicara menggunakan data. “Ya kita harus bicara dengan data, memang revolusi mental belum 100% berhasil, akan tetapi yg jelas jikalau kami pada posisi yang optimis,” ucapnya.
Timnas AMIN Menepis
Wakil koordinator umum PKB, Jazilul Fawaid, lantas membantah Wakil koordinator TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman, yang menyebut pernyataan cawapres angka urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, soal slepet mirip olok-olokan. Jazilul menegaskan slepet kata pesantren serta bahasa rakyat mungil.
“Itu kata spesial pesantren bukan olok-olok. Justru kata revolusi mental terkesan gagah tapi praktiknya keropos,” ucap Jazilul. Jazilul lantas bicara lebih lanjut soal keroposnya revolusi mental. dia menyinggung merosotnya indeks demokrasi hingga ada lagi mental korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
“Keroposnya revolusi mental bisa ditandai dengan merosotnya indeks demokrasi serta keluarnya pulang mental KKN. serta, faktanya pada periode ke 2 kabinet kerja revolusi mental ini telah tidak bunyi bahkan telah ditinggalkan,” ucapnya. Lebih lanjut, Wakil koordinator MPR RI ini menyebut istilah slepet juga buat menghormati bahasa warga mungil.
“Irit aku , cak Imin mengenalkan slepet menjadi bagian berasal bahasa rakyat. Slepet bukan olok olok tapi menghormati bahasa warga kecil,” ucap dia.
Baca Juga: 70 % Anak Muda Bali Pilih Prabowo-Gibran
Kata Budiman Sudjatmiko soal Cak Imin Dulu Dukung IKN sekarang tidak
Cawapres angka urut 1 Abul Muhaimin Iskandar berubah sikap dari yang dulu mendukung sekarang tidak mendukung pembangunan ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Wakil koordinator Dewan ahli Tim Kampanye Nasional (TKN) Budiman Sudjatmiko merespons hal itu.
Budiman awalnya berkata Ketum PKB itu harus tahu soal sejarah, konteks, serta relevansi IKN menjadi agenda strategis nasional. Karena pemahaman belum sempurna, maka terdapat disparitas pandangan.
“Pemahaman beliau mungkin belum sempurna. Mungkin perlu diingatkan kembali bahwa sejarah serta konteks agenda IKN adalah sebuah antisipasi Indonesia terhadap pemerataan pertumbuhan serta kemajuan Indonesia. Ini ialah agenda strategis nasional yang tidak sepatutnya kita tarik-tarik ke ranah politik jangka pendek,” ucapnya.
Eks politisi PDIP itu menyebut pemindahan bunda Kota Negara, bukanlah sebuah gagasan yg baru ada pada era Presiden jokowi. rencana itu telah ada semenjak puluhan tahun lalu.
“Ini ialah amanat dan asa berkelanjutan sejak presiden Soekarno dan selanjutnya. Tetapi baru Presiden jokowi yang berani mewujudkan hal tadi menggunakan rencana dan implementasi yg paling nyata,” ucapnya.
Sebab artinya amanat sejarah, Budiman menyayangkan tak konsistennya Cak Imin berasal yg awalnya mendukung IKN berubah menjadi menolak waktu kontestasi Pemilihan Presiden Pilpres 2024 dilakukan. Evaluasi yg dilakukan sang Cak Imin diklaim Budiman terlalu dini.
“Terlalu dini Bila menyebut perubahan perilaku tersebut menjadi yang akan terjadi penilaian. Jika ini wacana investasi, dari data yang saya peroleh, total investasi yang masuk ke IKN telah lebih asal Rp 40 triliun. Bahkan beberapa gerombolan pengusaha Indonesia telah secara nyata melakukan investasi di proyek-proyek strategis IKN,” ucap Budiman.
“Bila ukurannya investasi asing, peminatnya jua sudah terdapat. Kalaupun belum konkret, kemungkinan ada alasan geoekonomi dan geopolitik yg sangat bergerak maju. Apalagi kita sedang melakukan Pemilu yang akan membentuk investor jadi wait and see. Jadi ini bukan saat yang sempurna buat evaluasi,” ucapnya.