Mantan Menteri Kelautan RI, Susi Pudjiastuti, menyampaikan kritik terhadap harga daging impor dan LPG di Indonesia lebih mahal dibanding negara tetangga.
Melalui akun X pada 10 Februari 2025, Susi Pudjiastuti menyatakan bahwa harga daging sapi impor di Indonesia lebih mahal dari Vietnam dan negara ASEAN lainnya, meskipun sumbernya sama. Ia bahkan bercerita tentang percakapannya dengan Menteri Pertanian Vietnam pada 2017.
Di mana mereka bergurau bahwa sapi dari Australia ke Indonesia harus “keliling dulu lewat Atlantik,” sehingga biaya pengiriman menjadi lebih mahal. Dibawah ini SEMBILAN NEWS akan membahas harga LPG, namun daging impor di Indonesia juga lebih mahal.
Perbandingan Harga LPG di Indonesia dan Malaysia
Artikel yang diunggah ulang oleh Susi Pudjiastuti menyoroti harga tabung gas melon 3 kilogram yang mencapai Rp 25.000 pada 2023, padahal pada 2014 harganya masih Rp 13.500. Harga di luar Jawa bahkan mencapai Rp 50.000.
Sebagai perbandingan, harga elpiji isi ulang 12 kilogram di Malaysia pada 2023 adalah 25,8 ringgit atau Rp 90.300. Lebih murah dibandingkan harga elpiji 5,5-12 kg di Indonesia yang dijual Rp 90 ribu hingga Rp 240 ribu. Sementara itu, harga gas isi ulang 5,5 kg di Indonesia sekitar Rp 110.000 dan 12 kg seharga Rp 240.000. Harga rata-rata eceran tabung gas elpiji di Indonesia adalah Rp 20.000 untuk tabung gas isi 3 kg.
Reaksi Netizen dan Keluhan Harga Bahan Pokok
Kritik Susi Pudjiastuti memicu beragam komentar dari netizen, banyak yang mengeluhkan harga daging dan LPG naik meskipun Indonesia memiliki banyak perairan. Seorang netizen bertanya mengapa harga daging sapi impor di Indonesia mahal.
Susi Pudjiastuti menjawab bahwa ada banyak perusahaan impor namun pemiliknya sedikit, yang memungkinkan mereka untuk “mengatur” harga karena kurangnya kompetisi. Netizen menilai ada kejanggalan terkait harga LPG, daging, dan udang di Indonesia.
Baca Juga:
Faktor-Faktor Penyebab Mahalnya Harga Daging
Mahalnya harga daging di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk terbatasnya stok daging di dalam negeri. Pemerintah membuka impor untuk mengatasi masalah ini. Selain itu, Indonesia masih tergantung pada pasokan impor sapi potong dari Australia.
Panjangnya rantai distribusi daging sapi di Indonesia juga berkontribusi pada tingginya harga. Sapi bakalan didatangkan dari Australia dan harganya sudah naik sejak pertengahan 2020. Pada Juni 2020, harga per kg hidup sapi bakalan sekitar US$2,8 dollar atau Rp 39,000, dan pada Januari 2021 menjadi US$3,78 atau Rp 52,000.
Dampak Mahalnya Harga LPG dan Daging
Kenaikan harga LPG berdampak pada pedagang dan konsumen, menyebabkan banyak konsumen beralih ke LPG 3 kg bersubsidi. Kesulitan mendapatkan LPG 3kg dapat mendorong masyarakat beralih ke bahan bakar alternatif yang kurang ramah lingkungan, seperti kayu bakar atau minyak tanah.
Hal ini tidak hanya meningkatkan biaya hidup, tetapi juga membawa risiko kesehatan dan lingkungan akibat polusi udara dari pembakaran bahan bakar padat. Para pengusaha warteg juga menghadapi kesulitan mendapatkan LPG 3 kilogram. Pedagang pasar memperingatkan bahwa harga daging sapi akan semakin mahal setelah tahun baru 2025.
Solusi untuk Menstabilkan Harga
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah perlu memastikan keamanan pasokan komoditas setidaknya untuk satu tahun ke depan. Terutama untuk komoditas yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri dalam jangka waktu menengah. Hal ini dapat dilakukan melalui diplomasi perdagangan dengan Australia dan memberikan dukungan pembiayaan bagi importir.
Selain itu, pemerintah perlu memperkuat pengawasan harga dan memanfaatkan teknologi. Seperti sistem pemantauan digital berbasis QR Code untuk memastikan subsidi tepat sasaran. Pemerintah juga perlu meningkatkan operasi pasar untuk menstabilkan harga dan menindak tegas pelaku spekulasi. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate tentang politik lainnya hanya di SEMBILAN NEWS.