Kericuhan yang terjadi pada pelaksanaan job fair di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada tanggal 27 Mei 2025, langsung menjadi sorotan masyarakat luas.
Video dan laporan dari lapangan yang beredar menunjukkan situasi yang tidak kondusif, di mana beberapa pencari kerja dilaporkan pingsan akibat desakan dan kepanikan dalam antrean. Banyak pihak kemudian menduga bahwa kericuhan tersebut disebabkan oleh minimnya lowongan pekerjaan yang tersedia dalam acara tersebut.
Di bawah ini SEMBILAN NEWS akan membahas penyebab kericuhan job fair di Bekasi serta penjelasan lengkap dari Kementerian Ketenagakerjaan.
DAFTAR ISI
Apa Penyebab Sebenarnya Kericuhan di Job Fair Bekasi?
Menurut Anwar Sanusi, kericuhan bukanlah akibat dari minimnya lowongan pekerjaan, melainkan lebih pada ketidaksiapan manajemen penyelenggara dan kurangnya fasilitas yang memadai untuk menampung jumlah peserta yang sangat besar. Dalam wawancara dengan Kompas.com pada Kamis, 29 Mei 2025, Anwar menegaskan bahwa kesimpulan yang menganggap kekurangan lowongan sebagai penyebab kerusuhan adalah sebuah kesalahan konstruksi berpikir.
Anwar menjelaskan bahwa jumlah pencari kerja yang hadir sangat besar, bahkan mencapai lebih dari 20.000 orang. Sementara itu, kapasitas Gedung Convention Center Presiden yang menjadi lokasi job fair tersebut, terbukti tidak memadai untuk menampung sebanyak itu peserta.
“Kalau kita lihat dari sisi jumlah peserta, itu puluhan ribu, sekitar 20.000 ke atas. Namun, kapasitas gedung dan waktu pelaksanaan tidak memadai” jelas Anwar. Gedung yang merupakan ruang tertutup dengan pintu masuk terbatas menyulitkan pengaturan arus peserta sehingga menyebabkan kepadatan dan akhirnya memicu kericuhan.
Anwar juga membandingkan situasi ini dengan job fair yang dilaksanakan di lapangan terbuka dengan tenda-tenda, yang memungkinkan pengaturan pintu masuk dan keluar lebih banyak, sehingga arus lalu lintas peserta bisa dikelola dengan lebih baik.
Tidak Minim Lowongan, Tapi Persaingan yang Ketat
Pemerintah Kabupaten Bekasi sendiri mencatat bahwa ada sekitar 25.000 pencari kerja yang datang ke job fair tersebut. Mereka berebut 2.517 lowongan pekerjaan dari 64 perusahaan peserta. Meski jumlah lowongan terlihat jauh lebih sedikit dibanding jumlah pencari kerja, Kemenaker menegaskan bahwa ini bukan alasan utama terjadinya kericuhan.
Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunang, mengakui bahwa tingginya animo masyarakat dalam mencari pekerjaan merupakan sebuah tantangan besar. Ini sekaligus menjadi beban moral untuk pemerintah daerah agar bisa menekan angka pengangguran yang masih cukup tinggi.
Namun, tingginya jumlah peserta yang datang justru menunjukkan antusiasme besar masyarakat dalam mencari kesempatan kerja. Kondisi ini sebenarnya positif, meski perlu penanganan yang jauh lebih baik dari sisi teknis pelaksanaan agar tidak menimbulkan situasi tidak nyaman dan berbahaya.
Baca Juga:
Imbauan Kemenaker Untuk Penyelenggara Job Fair Selanjutnya
Melihat pengalaman yang terjadi di job fair Bekasi, Kemenaker mengimbau agar penyelenggara job fair ke depan lebih matang dalam menyiapkan segala aspek. Fokus utama adalah pada peningkatan manajemen dan fasilitas agar pelaksanaan acara berjalan lebih baik.
Anwar menyarankan agar penyelenggara selalu berkoordinasi dengan Kementerian Ketenagakerjaan melalui Unit Pasar Kerja. Unit ini memiliki fungsi mengatur dan memantau pelaksanaan job fair yang digelar oleh pemerintah daerah maupun mitra lain.
“Nah ini menurut saya pengalaman berharga bagi penyelenggara job fair agar bisa melaksanakan acara dengan lebih baik di masa depan” tambah Anwar.
Selain itu, Anwar juga menekankan pentingnya memilih lokasi yang memadai dan strategis. Kapasitas dan arus peserta harus diperhatikan agar tidak terjadi penumpukan yang berisiko menimbulkan kerusuhan atau insiden kesehatan, seperti pingsan akibat kepanikan.
Video dan Berita yang Beredar, Apa Fakta Sebenarnya?
Sebelumnya, di media sosial dan sejumlah portal berita sempat beredar video dan laporan yang menunjukkan bahwa kericuhan terjadi akibat rebutan gambar QR code yang memuat daftar lowongan dari perusahaan peserta job fair. Banyak yang mengira bahwa minimnya lowongan membuat peserta menjadi frustasi dan saling berebut akses daftar pekerjaan.
Namun, Kemenaker memastikan bahwa masalah tersebut hanya salah satu pemicu kecil, bukan penyebab utama kerusuhan. Permasalahan utama tetap berkaitan dengan pengelolaan acara dan kapasitas tempat yang tidak memadai.
Dengan demikian, fokus penyelesaian masalah bukan hanya pada penambahan jumlah lowongan. Namun, perbaikan manajemen pelaksanaan job fair juga sangat penting agar acara lebih efektif dan aman bagi seluruh peserta.
Kesimpulan
Kericuhan job fair di Bekasi bukanlah akibat langsung dari minimnya lowongan pekerjaan. Penyebab utamanya adalah ketidaksiapan manajemen penyelenggara dan keterbatasan fasilitas. Fasilitas tersebut tidak mampu menampung jumlah peserta yang sangat besar. Kementerian Ketenagakerjaan menegaskan pentingnya koordinasi yang lebih baik antara penyelenggara.
Persiapan yang matang juga sangat dibutuhkan agar event job fair selanjutnya dapat berjalan lancar, aman, dan nyaman bagi para pencari kerja. Semangat para pencari kerja yang mencapai puluhan ribu orang menjadi tantangan sekaligus motivasi bagi pemerintah dan penyelenggara.
Dengan manajemen yang baik, job fair dapat menjadi jembatan efektif untuk mengurangi pengangguran dan membuka peluang kerja seluas-luasnya bagi masyarakat. Ikuti SEMBILAN NEWS dan dapatkan berita informasi terupdate menarik lainnya setiap harinya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.kompas.com
- Gambar Kedua dari www.kompas.com