Menteri HAM Natalius Pigai menegaskan komitmennya menegakkan keadilan dengan meminta polisi mengusut tuntas kematian mahasiswa Unud berinisial TAS.

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP itu ditemukan meninggal dunia dalam kondisi yang masih menyisakan tanda tanya besar. Berikut ini SEMBILAN NEWS akan memberikan menarik tentang informasi Menteri HAM Natalius Pigai minta polisi usut tuntas kematian mahasiswa Unud.
DAFTAR ISI
Dorongan Pemerintah Untuk Penyelidikan Saintifik dan Transparan
Dalam keterangannya kepada media, Natalius menyatakan bahwa penyelidikan harus dilakukan secara konvensional sekaligus saintifik, termasuk melibatkan analisis digital, rekam CCTV, serta barang bukti elektronik milik korban.
“Saya meminta aparat kepolisian harus benar-benar menyelesaikan, baik itu dengan penyelidikan konvensional maupun juga penyelidikan secara saintifik. Hasil akhirnya harus menjawab, apakah ada hubungan antara peristiwa kematian dan dugaan bullying. Kalau tidak ada, maka harus dijelaskan apa penyebab kematiannya,” ujar Natalius.
Langkah ini, menurutnya, penting agar publik mendapatkan penjelasan objektif dan keluarga korban memperoleh keadilan. Ia juga menegaskan, keadilan bukan sekadar menemukan pelaku, tetapi memastikan proses pencarian fakta dilakukan dengan integritas dan empati.
Bahas Dua Peristiwa Penting Kematian dan Tindakan Nirempati
Dalam pertemuan tertutup bersama jajaran pimpinan Universitas Udayana, Menteri HAM Natalius Pigai menyoroti dua isu besar yang menjadi perhatian utama, yakni kasus kematian mahasiswa TAS yang sedang dalam penyelidikan kepolisian dan dugaan tindakan nirempati serta nirsimpati yang dilakukan sejumlah mahasiswa setelah peristiwa tragis tersebut terjadi.
Natalius menegaskan, kedua peristiwa ini harus diurai secara objektif melalui proses penyelidikan yang dilakukan aparat penegak hukum. Ia menekankan bahwa hanya kepolisian yang dapat menentukan apakah ada keterkaitan antara kematian almarhum dan tindakan-tindakan tidak pantas yang menyusul setelahnya.
Menurutnya, sikap-sikap tidak berempati yang muncul di media sosial setelah kematian TAS perlu menjadi perhatian serius. Kampus, kata Natalius, seharusnya menjadi ruang tumbuhnya empati, solidaritas, dan kepedulian antarmahasiswa, bukan tempat munculnya perundungan atau perilaku yang justru melukai perasaan keluarga korban.
Baca Juga: Budi Arie Temui Jokowi Pasca Reshuffle Prabowo, Reuni Politik Penuh Makna
Polisi Dalami Bukti Digital dan Rekaman CCTV

Natalius juga menyampaikan bahwa pihaknya telah berkoordinasi langsung dengan aparat kepolisian. Saat ini, penyidik tengah melakukan pendalaman terhadap berbagai barang bukti, termasuk ponsel dan laptop milik korban, serta rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.
“Mereka (polisi) sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh, memeriksa perangkat elektronik milik korban, mengumpulkan rekaman CCTV, serta meminta keterangan dari berbagai pihak,” ungkapnya.
Langkah penyelidikan ilmiah tersebut, lanjut Natalius, diharapkan bisa mengungkap apakah ada tekanan sosial, perundungan, atau faktor lain yang berkontribusi terhadap kematian TAS. Ia juga berharap hasil penyelidikan dapat diumumkan secara terbuka kepada publik untuk menghindari spekulasi liar.
Menteri HAM menegaskan, transparansi adalah kunci untuk menjaga kepercayaan publik terhadap penegakan hukum dan dunia pendidikan. Ia meminta semua pihak, baik civitas akademika maupun masyarakat umum, untuk menahan diri dan menunggu hasil resmi dari kepolisian.
Harapan untuk Keadilan dan Budaya Empati di Lingkungan Kampus
Dalam kesempatan tersebut, Natalius Pigai juga menyoroti pentingnya membangun budaya empati di lingkungan pendidikan tinggi. Ia menilai, kasus TAS menjadi momentum refleksi bagi seluruh kampus di Indonesia. Agar lebih memperhatikan aspek kesejahteraan mental, relasi sosial, dan perlindungan mahasiswa dari kekerasan nonfisik seperti bullying.
“Apapun yang terjadi di publik, kita menghormati itu sebagai bentuk simpati dan empati terhadap korban. Harapannya, dengan peristiwa ini, tidak ada lagi kejadian serupa yang menimpa mahasiswa di masa mendatang,” ujarnya.
Ia menambahkan, pihaknya akan terus memantau perkembangan penyelidikan bersama Kementerian Pendidikan dan kepolisian. Pemerintah juga mendorong perguruan tinggi di seluruh Indonesia untuk membentuk sistem pencegahan kekerasan dan perundungan di lingkungan kampus sebagai langkah nyata perlindungan hak asasi manusia.
Simak dan ikuti terus informasi menarik lainnya tentang berita-berita polik terbaru tentunya terpercaya hanya di SEMBILAN NEWS.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari antaranews.com
- Gambar Kedua dari tribunnews.com
