Site icon SEMBILAN NEWS

Pendidikan Gaya Militer, Solusi IQ Anak Rendah? Ini Kata Dedi Mulyadi

Pendidikan Gaya Militer, Solusi IQ Anak Rendah? Ini Kata Dedi Mulyadi

Pernyataan Dedi Mulyadi tentang pendidikan ala barak militer dan dampaknya terhadap IQ anak tentu mengundang banyak reaksi.


Pernyataan tersebut sontak menimbulkan pro dan kontra. Ada yang mendukung karena menilai pendekatan disiplin ala militer bisa membentuk karakter dan daya pikir yang tangguh. Namun, tak sedikit pula yang mempertanyakan relevansi dan dasar ilmiahnya.

Lalu, apa sebenarnya maksud dari pernyataan ini? Dan benarkah gaya didik militer mampu meningkatkan kecerdasan intelektual anak?

 

Gagasan Dedi Mulyadi

Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta dan tokoh politik dari Jawa Barat, memang dikenal dengan berbagai gagasan yang kerap nyeleneh namun mengandung filosofi lokal yang kuat.

Ia juga sering berbagi pandangan sosial lewat media sosialnya yang aktif, terutama YouTube dan TikTok. Gaya komunikasinya yang khas, lugas, dan menyentuh nilai-nilai kearifan lokal menjadikannya sosok yang banyak disukai, terutama oleh kalangan akar rumput.

Dalam video yang sempat viral itu, Dedi terlihat berdialog dengan sekelompok warga mengenai kondisi pendidikan dan perkembangan anak-anak saat ini. Ia lalu menyebut bahwa pendidikan gaya barak militer yang berorientasi pada disiplin, keteraturan, dan ketegasan justru bisa membawa dampak positif terhadap kemampuan berpikir dan struktur IQ anak-anak, yang disebutnya bisa “di atas 78”.

Apa Maksud “IQ di Atas 78”?

Angka 78 yang disebut Dedi Mulyadi menjadi sorotan. Banyak netizen bertanya-tanya, apakah ini sekadar contoh atau ada landasan ilmiahnya?

Secara umum, IQ (Intelligence Quotient) adalah skor yang digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual seseorang dibandingkan dengan rata-rata populasi. Skor IQ rata-rata berada di angka 100. Seseorang dengan skor IQ di bawah 85 biasanya dianggap memiliki kemampuan kognitif di bawah rata-rata. Sementara angka 78 termasuk dalam kategori “borderline” atau ambang batas.

Dengan menyebut “IQ di atas 78”, Dedi seakan menyiratkan bahwa anak-anak yang diasuh dengan model pendidikan keras dan terstruktur memiliki peluang lebih besar untuk tidak jatuh ke kategori borderline. Ia mendorong gaya pendidikan yang bisa mendisiplinkan pikiran dan perilaku anak sejak dini, bukan hanya menyuapi mereka dengan pelajaran teoritis.

Baca Juga: Ketua MPR Dukung Langkah Tegas Penertiban Ormas Rusuh di Tangsel!

Disiplin dan Ketegasan Dedi Mulyadi


Dalam pandangan Dedi, pendidikan hari ini terlalu lunak. Anak-anak dimanjakan oleh teknologi, orang tua terlalu permisif, dan sekolah tidak cukup menanamkan nilai tanggung jawab dan kedisiplinan.

Model pendidikan seperti barak militer menekankan pada:

Menurut Dedi, anak-anak yang tumbuh dalam sistem seperti ini akan terbiasa dengan pola pikir tertib, cepat dalam mengambil keputusan, dan tidak mudah menyerah. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat melatih otak mereka untuk bekerja secara lebih sistematis yang pada gilirannya, dapat berkontribusi pada peningkatan IQ secara alami.

Pendekatan Pendidikan Alternatif yang Mirip

Meski terdengar ekstrem, pendekatan pendidikan ala militer sebenarnya bukan barang baru di dunia. Beberapa negara seperti Korea Selatan, Jepang, hingga sebagian wilayah di Amerika Serikat menerapkan model pendidikan dengan sentuhan disiplin semi-militer untuk menanamkan karakter tangguh dan tanggung jawab.

Bahkan, beberapa pesantren dan sekolah asrama di Indonesia menerapkan model pendidikan serupa. Di tempat-tempat seperti itu, para santri atau siswa wajib bangun pagi, shalat berjamaah, menyapu asrama, belajar mandiri, serta taat terhadap jadwal ketat. Hasilnya, banyak alumni yang menjadi pribadi mandiri dan unggul secara akademik.

Namun tentu, yang dimaksud bukan kekerasan atau kekakuan militer sepenuhnya, melainkan struktur kehidupan yang tertib, tanggung jawab kolektif, dan kebiasaan hidup disiplin.

Respon Publik dan Dunia Pendidikan

Reaksi publik terhadap pernyataan Dedi Mulyadi sangat beragam. Sebagian warganet menilai, gaya pendidikan seperti itu mampu mengatasi anak-anak yang sudah kecanduan gadget, sulit fokus, dan kurang hormat pada orang tua atau guru. Banyak yang mengaku mendambakan sistem pendidikan yang menanamkan nilai kesederhanaan dan kerja keras.

Namun, ada pula kritik dari kalangan pendidik dan psikolog anak. Mereka mengingatkan bahwa IQ tidak hanya ditentukan oleh kedisiplinan, tetapi juga oleh faktor genetis, stimulasi lingkungan, pola makan, emosi, dan metode pembelajaran yang tepat. Pendidikan yang terlalu keras tanpa keseimbangan emosional bisa menimbulkan trauma dan tekanan mental pada anak.

Buat kalian yang ingin mendapatkan dan mengetahui informasi-informasi menarik lainnya mengenai partai politik SEMBILAN NEWS adalah pilihan terbaik buat anda.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Utama dari bandung.kompas.com
Exit mobile version