Partai Golkar mengusulkan pilkada DPRD fokus hanya memilih kepala daerah, bertujuan menekan biaya politik dan meningkatkan efisiensi.
Partai Golkar mengusulkan perubahan pilkada di Indonesia. Melalui Ahmad Doli Kurnia, Golkar menyarankan pilkada DPRD tidak dilakukan paket kepala-wakil. Tujuannya menekan biaya politik sekaligus menyeimbangkan demokrasi dan efisiensi penyelenggaraan.
Simak beragam informasi menarik lainnya yang terbaru dan terviral tentang politik cuman hanya ada di seputaran SEMBILAN NEWS.
DAFTAR ISI
Pilkada Bukan Paket, Sebuah Paradigma Baru
Ahmad Doli Kurnia dari Partai Golkar mengusulkan inovasi pilkada dengan memisahkan pemilihan kepala daerah dari wakilnya. Menurut Doli, baik pilkada di DPRD maupun pemilihan langsung seharusnya fokus hanya pada kepala daerah. Konsep ini diharapkan menyederhanakan proses dan mengurangi kompleksitas saat ini.
Gagasan ini muncul dari hasil kajian mendalam yang dilakukan oleh Tim Kajian Politik Partai Golkar selama 1,5 tahun. Tim tersebut telah menganalisis berbagai aspek sistem pemilu, partai politik, dan pilkada. Hasil kajian tersebut menghasilkan tiga opsi rekomendasi yang kini menjadi bahan diskusi penting di internal partai.
Usulan untuk tidak memilih pasangan kepala dan wakil daerah secara sepaket ini menandai potensi perubahan signifikan dalam lanskap politik lokal. Hal ini juga membuka ruang untuk pembahasan lebih lanjut mengenai mekanisme pemilihan yang lebih efektif dan efisien, sesuai dengan dinamika politik Indonesia.
Tiga Opsi Golkar Untuk Masa Depan Pilkada
Partai Golkar telah merumuskan tiga opsi utama terkait pelaksanaan pilkada di masa mendatang. Opsi pertama adalah mempertahankan pilkada langsung seperti yang berlaku saat ini. Ini mencerminkan keinginan untuk menjaga prinsip pelibatan rakyat secara langsung dalam menentukan pemimpin daerah mereka.
Opsi kedua adalah melaksanakan seluruh pilkada melalui DPRD. Usulan ini muncul sebagai respons terhadap berbagai tantangan dalam pilkada langsung, khususnya terkait biaya dan potensi praktik politik transaksional. Golkar menilai, melalui DPRD, proses pemilihan dapat lebih terkontrol dan efisien.
Sementara itu, opsi ketiga menawarkan pendekatan hibrida, pilkada oleh DPRD untuk pemilihan gubernur, dan pilkada asimetris/hybrid untuk pemilihan bupati/wali kota. Opsi ini mencoba menyeimbangkan antara prinsip desentralisasi dan otonomi daerah dengan upaya efisiensi penyelenggaraan pilkada di berbagai tingkatan.
Baca Juga: Analis Soroti Pentingnya Data Bencana Bagi Kepercayaan Publik
Mengatasi Biaya Politik Dan Moral Hazard
Salah satu motivasi utama di balik usulan pilkada melalui DPRD adalah tingginya biaya politik dalam pilkada langsung. Biaya ini tidak hanya mencakup biaya penyelenggaraan, tetapi juga “biaya politik lain” yang dinilai jauh lebih besar, seperti praktik politik transaksional, politik uang, dan pembelian suara.
Meskipun demikian, Golkar juga mempertimbangkan pentingnya prinsip demokrasi, termasuk pelibatan rakyat, serta prinsip desentralisasi dan dekonsentrasi dalam otonomi daerah. Oleh karena itu, opsi pilkada langsung tetap dipertahankan, menunjukkan komitmen terhadap hak pilih masyarakat.
Untuk mengatasi kekhawatiran akan potensi moral hazard dalam pemilihan di DPRD, Doli mengusulkan pemungutan suara dilakukan secara terbuka. Transparansi ini diharapkan dapat meminimalkan praktik curang dan memastikan integritas proses pemilihan di tingkat legislatif.
Konsep Baru Pilkada, Melibatkan Publik Sejak Awal
Tim Kajian Politik Golkar telah mempersiapkan “konsep baru” jika opsi pilkada oleh DPRD dipilih. Konsep ini berusaha mengakomodasi dua prinsip utama, pelibatan rakyat dan penyelenggaraan pilkada yang murah, efisien, serta bebas dari praktik moral hazard pemilu.
Keterlibatan publik dapat dilakukan sejak tahap awal pencalonan, misalnya melalui tahap rekrutmen terbuka oleh partai politik atau gabungan partai. Ini memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menyeleksi bakal calon kepala daerah, menciptakan proses yang lebih inklusif.
Selanjutnya, tahap penilaian atau seleksi bakal calon dapat melibatkan tim panel yang terdiri dari akademisi, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Kemudian, setiap parpol dapat mengadakan semacam konvensi atau primary election untuk memilih bakal calon. Skema ini menggabungkan pelibatan rakyat dengan efisiensi dan transparansi.
Simak dan ikuti terus informasi menarik lainnya tentang berita-berita polik terbaru tentunya terpecaya hanya di SEMBILAN NEWS.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari ugm.ac.id
