Mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), baru-baru ini mengungkap alasannya lebih memilih gabung PSI daripada jadi ketum PPP.
Pernyataan ini menarik perhatian publik karena kedua partai tersebut tengah mempersiapkan pemilihan ketua umum baru pada tahun 2025. SEMBILAN NEWS akan memberikan ulasan lengkap mengenai alasan dan dinamika politik di balik keputusan Jokowi tersebut.
DAFTAR ISI
Banyak Calon Berkualitas di PPP
Jokowi menilai bahwa di PPP terdapat banyak calon ketua umum yang memiliki kapasitas, kapabilitas, dan kompetensi yang jauh lebih baik. Menjelang Muktamar PPP yang akan digelar pada September 2025, sejumlah nama calon ketua umum sudah beredar luas.
Oleh karena itu, Jokowi merasa tidak perlu mencalonkan diri di partai berlambang Ka’bah tersebut karena sudah ada banyak figur yang layak dan siap memimpin PPP.
“Enggak lah. Di PPP saya kira banyak calon-calon ketua umum yang jauh lebih baik, yang punya kapasitas, kapabilitas, punya kompetensi,” ujar Jokowi usai Salat Idul Adha di Solo, Jumat (6/6/2025).
Pilihan Jokowi Untuk Bergabung Dengan PSI
Sebaliknya, Jokowi menyatakan lebih memilih untuk bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), partai yang saat ini dipimpin oleh anak bungsunya, Kaesang Pangarep. Jokowi mengaku belum mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSI, namun secara tegas menyatakan bahwa ia lebih nyaman berada di PSI daripada menjadi ketua umum PPP.
“Saya di PSI saja lah,” tambah Jokowi. PSI dikenal sebagai partai anak muda yang mengusung konsep politik terbuka dan progresif. Dengan mekanisme demokrasi internal seperti one man one vote dan e-voting dalam pemilihan ketua umum. Konsep ini sejalan dengan gagasan Jokowi tentang partai super terbuka yang dimiliki oleh seluruh anggota.
Peluang Jokowi Menjadi Ketua Umum PSI
Direktur Eksekutif Trias Politika, Agung Baskoro, menilai peluang Jokowi menjadi Ketua Umum PSI sangat besar. Jokowi dianggap memiliki magnet figur yang kuat dan elektabilitas tinggi yang dapat menjadi modal berharga bagi PSI untuk menembus ambang batas parlemen pada Pemilu 2029.
Namun, Agung juga menilai bahwa kemampuan Jokowi sebagai pemimpin partai politik masih perlu diuji karena tantangan mengorkestrasi pengurus di berbagai level cukup berbeda dengan tugas eksekutif yang pernah dijalani Jokowi.
“Secara personal, Jokowi punya magnet figur yang kuat, namun, kemampuannya sebagai pemimpin partai politik masih perlu diuji jika nantinya ia benar-benar menjadi Ketua Umum PSI,” kata Agung.
Baca Juga: Angela Tanosoedibjo Pimpin Perindo Bagikan 1 Juta Kantong Kurban Berkah
Hubungan Keluarga Dalam Dinamika PSI
Kepemimpinan Kaesang Pangarep di PSI menambah dimensi unik dalam dinamika politik Jokowi. Meskipun ada spekulasi tentang kemungkinan Jokowi bersaing dengan putranya dalam pemilihan ketua umum PSI. Jokowi menyatakan bahwa jika dirinya mendaftar, kemungkinan besar calon lain akan mundur.
“Kalau saya mendaftar mungkin yang lain enggak mendaftar, mungkin,” ujar Jokowi. Hal ini menunjukkan sikap percaya diri Jokowi dalam menghadapi kemungkinan persaingan internal di PSI, sekaligus menegaskan hubungan politik yang erat antara dirinya dan Kaesang.
Strategi Politik dan Warisan Jokowi
Masuknya Jokowi ke PSI dan kemungkinan menjabat sebagai ketua umum dianggap sebagai langkah strategis untuk merawat pengaruh dan legacy politiknya. Seperti tokoh-tokoh sebelumnya yang menjadi presiden sekaligus pemilik partai. Jokowi dapat mempertahankan pengaruh politiknya di level pusat selama partai tersebut eksis.
Hal ini dinilai penting untuk menjaga kesinambungan visi politik dan pengaruhnya di masa depan. “Langkah tersebut bisa menjadi cara Jokowi merawat pengaruh dan legacy politiknya,” ujar Agung.
Namun, analis juga mengingatkan bahwa langkah ini bukan tanpa risiko dan tantangan, terutama dalam menjaga kredibilitas dan konsistensi politik di tengah dinamika internal partai.
Kalkulasi Politik Jokowi dan Tantangan ke Depan
Jokowi sendiri mengaku masih melakukan kalkulasi matang terkait kemungkinan dirinya mendaftar sebagai ketua umum PSI. Ia menyatakan tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan dan khawatir jika ikut serta dan kalah dalam pemilihan. Hal ini bisa berdampak negatif bagi citranya dan dinamika politik nasional. “Jangan sampai kalau nanti misalnya saya ikut, saya kalah,” kata Jokowi.
Selain itu, PSI saat ini belum memiliki kursi di parlemen, sehingga langkah Jokowi bergabung ke PSI juga dipandang kurang strategis dalam jangka pendek. Namun, secara ideologis PSI dianggap lebih cocok dengan gaya politik Jokowi yang nasionalis dan progresif dibandingkan partai lain seperti PPP atau Golkar.
Kesimpulan
Jokowi memilih bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) daripada mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) karena di PPP sudah banyak calon ketua umum yang kompeten dan layak. Pilihan Jokowi untuk berada di PSI juga didasari oleh kesesuaian visi politik dan konsep partai terbuka yang diusung PSI.
Peluang Jokowi menjadi ketua umum PSI sangat besar, meskipun tantangan memimpin partai politik berbeda dengan pengalaman eksekutifnya. Kalkulasi politik yang matang dan pertimbangan strategis menjadi kunci dalam keputusan Jokowi.
Langkah ini juga dianggap sebagai strategi untuk menjaga pengaruh dan warisan politiknya di masa depan. Hal ini sekaligus memberikan warna baru dalam dinamika politik Indonesia menjelang Pemilu 2029.
Buat kalian yang ingin mendapatkan dan mengetahui informasi-informasi menarik lainnya mengenai partai politik, SEMBILAN NEWS adalah pilihan terbaik buat anda, yang dimana akan selalu memberikan informasi terbaru dan ter-update setiap harinya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari nasional.kompas.com
- Gambar Kedua dari antaranews.com